Berita

Afrizul, Penjaga Palang Pintu di Perlintasan Kereta Lubuk Buaya

8
×

Afrizul, Penjaga Palang Pintu di Perlintasan Kereta Lubuk Buaya

Sebarkan artikel ini
(Ket photo: Dengan mata tajam menatap ke kejauhan, Afrizul (41) berdiri siaga di balik jendela pos kecil di perlintasan kereta api Lubuk Buaya, Kota Padang. Pandangannya tak lepas sedikit pun dari jalur rel. Ia tahu, sedikit saja lengah, nyawa pengguna jalan bisa menjadi taruhannya.)

PADANG- Dengan mata tajam menatap ke kejauhan, Afrizul (41) berdiri siaga di balik jendela pos kecil di perlintasan kereta api Lubuk Buaya, Kota Padang. Pandangannya tak lepas sedikit pun dari jalur rel. Ia tahu, sedikit saja lengah, nyawa pengguna jalan bisa menjadi taruhannya.

Begitu terdengar suara gemuruh dari kejauhan, tangannya sigap menekan tombol merah di depan panel kendali. Perlahan, palang pintu mulai turun, menutup dua arah jalan kendaraan. Setelah itu, lelaki yang akrab disapa Zul ini keluar dari posnya, memastikan tak ada satu pun pengendara yang nekat menerobos.

“Begitu terlihat kereta api, palang pintu langsung diturunkan,” ujar Zul, lelaki asal Kabupaten Agam itu, kepada wartawan, Senin (11/11/2025).

Sudah delapan tahun Zul mengabdi sebagai penjaga pintu perlintasan. Suka duka dilaluinya selama bertugas. Dari pengendara yang tak sabar, hingga palang pintu yang berkali-kali patah akibat diterobos.

“Paling sering itu pengendara yang menerobos atau mematahkan palang pintu. Dalam setahun bisa sampai delapan kali rusak,” ujarnya.

Padahal, alarm peringatan selalu dibunyikan jauh sebelum kereta melintas. Namun, tak sedikit pengguna jalan yang mengabaikannya.

“Dari jauh sudah dibunyikan, tapi masih ada saja yang membandel,” ucap ayah dari dua anak itu.

Jika palang pintu rusak karena ditabrak, Zul tak punya waktu untuk marah. Ia justru segera berlari ke arah jalur terbuka sambil membawa rambu larangan (forbidden) dan bendera merah. Dengan itu, ia menutup jalan secara manual agar tak ada kendaraan yang nekat menerobos ketika kereta melintas.

“Kita tentu tidak ingin terjadi insiden,” ujarnya.

Selain itu, Zul juga sering menolong pengendara sepeda motor yang terjatuh akibat jalan licin di atas rel, terutama saat hujan.

Setiap hari, Zul bekerja dalam sistem shift. Ia mendapat giliran pagi, mulai pukul 05.00 hingga 13.00 WIB. Dalam rentang waktu itu, ada 12 kali kereta api melintas di jalur Lubuk Buaya. Sementara pada shift siang hingga malam, jumlahnya bisa mencapai 13 kali perjalanan kereta dari arah Bandara maupun Tabing.

“Saya senang bisa membantu orang agar tidak tertabrak kereta. Pekerjaan ini akan saya jalani sampai tua nanti,” ucap lulusan Sarjana Ekonomi Manajemen Universitas Tamansiswa (Unitas) Padang itu.

Di tengah hiruk pikuk kendaraan yang melintas, Zul mungkin bukan sosok yang banyak dikenal publik. Namun di pos kecilnya, ia adalah pahlawan tanpa tanda jasa, penjaga keselamatan setiap nyawa yang melintas di rel Lubuk Buaya.