(key, poto, Cafe Misora Caffee & Resto berlokasi di Bukit Gombak, Batusangkar, dok)
Oleh: Havis Aulia Rahman. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Andalas
Misora Caffee & Resto berlokasi di Bukit Gombak, Batusangkar. Kedai yang berjalan di bidang food and beverage ini menyuguhkan kopi sebagai menu utamanya.
Yang unik dari kedai ini adalah pemiliknya yang merupakan seorang remaja berumur 18 tahun bernama Farel, yang pada tahun ini berstatus sebagai mahasiswa di Universitas Fort De Kock, Bukittinggi.
Disaat anak-anak muda seusianya sibuk bergelut dengan akal mereka untuk menentukan kampus demi melanjutkan studi, farel memilih jalan yang berbeda, berbekal pengetahuan yang ia dapatkan dari hobinya meramu dan mengumpulkan biji kopi, farel nekad mendirikan usaha kopinya sendiri sesaat setelah lulus sekolah menengah atas.
Dengan privilage yang farel miliki, dengan memecahkan celeng tabungannya dari kelas 2 smp dan sedikit bantuan dari orangtuanya, Farel membuka kedai kopinya pada pertengahan maret, 2020.
Tapi sembari merajut asanya didunia per -coffeeshop-an duniawi, farel juga melanjutkan studinya di kota Bukittinggi, 30 km jauhnya dari kota asalnya, Batusangkar, yang sekaligus menjadi rumah bagi Misora Coffee &Resto miliknya.
Tantangan terbesar yang dihadapi farel saat menapaki dua dunia yang berbeda ini adalah manajemen waktu, kekurangan jam tidur dan stres kerap menyeret farel untuk menyerah, memang dari lingkar 1 kehidupan farel, farel banyak mendapat masukan serta saran untuk meninggalkan salah satu kesibukannya dan memilih untuk fokus 100% pada satu kesibukan saja.
Segala rintang dan hambatan yang farel dapatkan menemui puncaknya, setelah ramadhan 2023, penjualan misora coffee&resto farel mengalami kemunduran, hal ini kemungkinan disebabkan hari libur yang telah usai bagi anak sma dan sederajat, pasar utama kedai milik Farel
Tapi sejak kecil, kata menyerah tidak pernah diperkenalkan orangtua Farel padanya, berbekal internet dan mencari masukan dari orang-orang yang telah berpengalaman dalam bidang usaha food and beverage, farel membabat habis manajemen usaha yang selama ini yang jalankan dan mulai menerapkan metode baru yang tidak boleh saya ungkap karena menjadi bagian dari rahasia perusahaan.
Hasilnya Misora Coffee &Resto sekarang memiliki 6 karyawan dengan pembagian 2 barista, 2 waiters dan 2 orang untuk urusan dapur, menimbang pengeluaran dan filosofi toko kopinya yang mengangkat tema “dari anak muda untuk anak muda”, farel memilih karyawannya dari range anak sma dan mahasiswa.
Desain interiornya yang dulunya bernuansa homie, ia ubah menjadi desain bernuansa biomimikri. Buka dari jam 10 pagi hingga jam 11 malam, Misora Coffe & Resto berhasil berjalan autopilot, yang berarti saat farel berhalangan untuk hadir karena urusan perkuliahan, coffeeshopnya tetap bisa berjalan dengan semestinya.
Dan tentu saja, aspek kenyaman dan keamanan kerja karyawan difasilitasi farel, dengan rest area khusus karyawan dan jam kerja 7 jam, serta melibatkan karyawannya untuk ikut berpartisipasi dalam kemajuan Misora Coffe&Resto, Farel membangun hubungan yang sehat dan enviroment kerja yang mengutamakan kenyaman konsumen dan juga karyawannya.
Wawancara Saya dengan Farel sampai pada topik yang agak sensitif, saya dengan hati-hati menanyakan kesulitan yang akhir-akhir ini dihadapi Farel dalam menjalankan bisnisnya, Farel meminta izin mengambil waktu sejenak untuk beristirahat dan Saya mengangguk mengiyakannya.
Setelah 15 menit saya habiskan menelusuri setiap sendi bangunan kedai yang didominasi warna monokrom itu, Farel kembali dengan dua gelas kopi dinampan yang ia bawa, untuk menggantikan gelas-gelas kosong didepan meja, aroma kopi menyeruak bersama kehadirannya, “menu baru, cobain dulu deh trus kasih saran” ,ucapnya disertai seringai diwajahnya.
Tegukan pertama menegur Saya dari kemelut pikiran yang sedari tadi Saya rasakan. Daripada enak, Saya menyematkan kata unik untuk kopinya.
Melihat saya kebingungan, Farel lalu menjelaskan eksperimennya baru-baru ini dengan megabungkan cita rasa kopi dan sari buah yang dirasanya cocok melengkapi menu dari kedai kopinya, ” kebanyakan menu kami rasanya dominan pahit, makanya Saya ingin menyuguhkan rasa manis dalam menu baru ini, tapi tidak menghilangkan kopi sebagai tokoh utamanya”, jelasnya.
Farel kemudian menjelaskan varian rasa baru ini, ia buat untuk menarik pengunjung baru ke kedainya, secara selama ini, pelanggan Misora Coffee&Resto ini kebanyakan terdiri dari orang-orang yang sama setiap harinya.
Sebagai orang yang biasa menganggap kopi sebagai teman menghisap rokok semata, interview bersama Farel membawa saya memahami bagaimana rasa dan aroma kopi menghadirkan kecintaan dari orang yang menikmatinya, kecintaan pada kopi bukan hanya sebatas hobi tapi memberikan cinta dan mimpi pada para pecinta kafein di seluruh pelosok negri, termasuk farel, bagaiman kecintaannya pada kopi mendewasakannya secara tidak langsung, lewat misora coffee & resto serta rintang hambatan yang ia lalui, farel tumbuh bak biji kopi dan menyeruakkan aroma yang sangat menginspirasi
setelah sesesap dua sesap kopi tadi kami cicipi, basa basi membawa percakapan kami kembali pada kesulitan yang farel alami akhir-akhir ini, farel menjelaskan bahwa membangun bisnis bukan hanya persoalan me-manage urusan internal, yang berat justru adalah bidang eksternal, persaingan harga, perang promosi, fitnah dan sebagainya, menjadi tantangan baru bagi Farel, ditambah lagi kedai-kedai kopi besar yang ada dikota Batusangkar mulai terusik oleh kehadiran kedai kopi barunya ini, farel mengaku belum menemukan cara untuknya memenangkan pasar penikmat kopi di batusangkar, secara tim promosinya hanya terdiri dari ia dan pikiran negatifnya, yang mana, tentu saja tidak bisa dibandingkan dengan tim promosi yang mempersenjatai kedai-kedai kopi ternama di kotanya.
Tapi hal tersebut justru dilihat Farel sebagai tantangan yang seru untuk diselesaikan. Menurut Farel, justru berbisnis tapi stagnan justru tidak ada bedanya dengan budak korporat yang saya kutip dari farel, “Membosankan dan tidak terlihat seperti menjalani hidup”.
Tapi Farel bertekad untuk menemukan cara yang menarik untuk mempromosikan kedai kopinya dan mendewasakan “anak”-nya seiring ia tumbuh.