IWOSUMBAR.COM, JAKARTA – Universitas Diponegoro (Undip), KITLV Leiden, LP3ES, Universitas Paramadina, dan INDEF meluncurkan dua inisiatif penting, yaitu Sekolah Demokrasi (SEKDEM) dan INDEF School of Political Economy (ISPE).
Acara ini dilaksanakan secara hybrid dari University of Amsterdam dan dihadiri oleh peserta dari PPI Belanda, aktivis, jurnalis, akademisi, serta mahasiswa melalui Zoom. ((26/7)
Acara ini mengangkat tema “Tantangan Ekonomi Politik Pemerintahan Baru: Menyambut Kabinet Prabowo-Gibran” dan menjadi momen spesial karena menggabungkan berbagai lembaga pemikir dari Indonesia dan Belanda.
Wijayanto, Kepala Sekolah Demokrasi LP3ES dan Wakil Rektor Bidang Riset Universitas Diponegoro, menegaskan bahwa pembentukan SEKDEM dan ISPE adalah langkah strategis dalam merespons kemunduran demokrasi di Indonesia dan global.
Wijayanto mengungkapkan kekhawatiran tentang disinformasi yang merusak pola pikir masyarakat dan mempolarisasi opini publik. Dalam konteks ini, UNDIP mendorong pembentukan forum JUARA sebagai upaya untuk melawan arus disinformasi dan memperkuat kolaborasi antara jurnalis dan akademisi.
“Indonesia menghadapi tantangan besar seperti perubahan iklim, krisis ekonomi, penyalahgunaan AI, dan konflik internasional. Sekolah Demokrasi bertujuan melahirkan pemimpin muda yang dapat menangani isu-isu kompleks ini dengan gagasan dan praktik politik yang inovatif,” kata Wijayanto.
Prof. Ward Berenschot dari KITLV Leiden menambahkan bahwa forum JUARA sangat penting sebagai wadah pertukaran ide yang sehat demi kemajuan demokrasi Indonesia. Sementara itu, Prof. Didik J. Rachbini dari INDEF dan Universitas Paramadina menekankan perlunya inovasi dalam jurnalisme dan penelitian untuk mengatasi praktik politik yang merusak demokrasi.
Abdul Hamid, Ketua Dewan Pengurus LP3ES, mengungkapkan kekhawatirannya tentang pemerintahan baru yang dapat memperburuk ketidakadilan sosial dan polarisasi. Ia berharap forum ini akan memperluas jangkauan program-program demokrasi dan memotivasi masyarakat untuk membentuk masa depan yang lebih baik.
Prof. Suharnomo, Rektor Universitas Diponegoro, secara resmi membuka forum JUARA dan menekankan pentingnya menyuarakan masalah masyarakat dari perspektif akademis. “Kami berharap forum JUARA akan meningkatkan efektivitas publikasi dan menjadi platform untuk menyuarakan isu-isu penting,” katanya.
Pembentukan forum JUARA juga dilatarbelakangi oleh tiga keprihatinan utama: maraknya disinformasi dan ujaran kebencian, kurangnya metodologi dalam pembuatan konten, dan rendahnya literasi membaca di Indonesia. Studi PISA 2023 menempatkan Indonesia pada peringkat 70 dari 80 negara dalam hal literasi membaca, yang menunjukkan perlunya kolaborasi antara jurnalis dan akademisi untuk melawan polusi informasi dan meningkatkan literasi publik.
Dalam dunia jurnalisme, kode etik dan prosedur verifikasi adalah kunci untuk mencapai kebenaran. Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dalam karya mereka menyebutkan bahwa jurnalisme harus setia pada kebenaran, disiplin dalam verifikasi, dan berpihak pada kepentingan publik.
Dengan kolaborasi yang solid, jurnalis dan akademisi diharapkan dapat menjadi JUARA dalam menghadirkan kebenaran dan mendukung kemajuan demokrasi. (**)