Kamis, Oktober 9

Pengelolaan Keuangan UMKM Penjahit Rumahan Iyek dalam Proses Produksi

(Ket photo: Keberlangsungan Penjahit UMKM Tradisional Ibuk IYek)

Oleh: Kaila Fridena.
PADANG- UMKM merupakan singkatan dari Usaha Makro, Kecil, dan Menengah, yaitu jenis usaha produktif yang dimiliki perorangan atau badan usaha dan dikelola secara mandiri. Saat ini banyak sekali UMKM yang menyebar di berbagai tempat, salah satu nya adalah UMKM Penjahit Iyek.

UMKM Penjahit Iyek merupakan usaha rumahan milik Ibu Ely Suryani yang akrab disapa Iyek. UMKM ini berfokus pada jahit menjahit busana. Usaha ini telah dibuka oleh Ibu Iyek sejak tahun 1995 yang berlokasi di daerah Padang tepatnya di Kelurahan Seberang Padang. Perkembangan usaha Ibu Iyek ini tentu tidak mudah. Awalnya Ibu Iyek mengikuti kursus menjahit selama kurang lebih 2,5 bulan. Setelah itu, ia ingin mengembangkan minat dan bakat sekaligus mencari uang melalui ilmu yang telah diperolehnya di tempat kursus itu. Usaha jahit tersebut kemudian berkembang seiring waktu.

Dalam mengelola suatu usaha, tentu diperlukan pengelolaan keuangan yang baik agar memperoleh keuntungan. Bagi pelaku UMKM di bidang jahit-menjahit, pengelolaan keuangan merupakan kunci penting untuk menjaga kelangsungan usaha. Seperti menghitung harga jasa/produk jahitan agar tetap untung, mengelola uang masuk dan keluar, dan lain-lain.

(Ket photo: Tampak depan UMKM Penjahit Iyek (sumber dokumentasi : Kaila Fridena)

Saat mengunjungi UMKM ini, saya bertanya mengenai pencatatan keuangan usaha Ibu Iyek. Namun ternyata, Ibu Iyek tidak melakukan pencatatan keuangan usaha. “Karena belum terbiasa mencatat dan usaha ini juga saya rasa masih kecil, jadi saya tidak melakukan pencatatan keuangan. Namun biasannya saya selalu mengingat di kepala berapa uang masuk dan uang keluar” Jawab Ibu Iyek.

Menurut Ibu Iyek, pencatatan keuangan sebenarnya sangat penting. Namun karna beberapa alasan menyebabkan Ibu Iyek tidak sempat untuk mecoba memulai mencatat keuangan.
Sebagai penjahit rumahan, Ibu Iyek punya caranya sendiri dalam mengelola pengeluaran usahanya meski tidak membuat catatan keuangan.

Ia lebih mengandalkan ingatannya dan kebiasaan sehari -hari untuk mengatur uang masuk dan uang keluar. Setiap kali menerima pesanan, ia langsung menyisihkan sebagian uang untuk beli bahan, seperti kain dan benang. Sementara itu sisanya dipakai untuk membayar listrik. Supaya tidak boros, Ibu Iyek terbiasa beli bahan secukupnya di grosir dan hanya beli sesuai pesanan pelanggan.

Dengan cara ini, meskipun tidak ada catatan resmi, ia tetap bisa menjaga agar tetap untung dan usahanya tetap berjalan.
Ibu Iyek biasannya menghitung biaya produksi dengan cara menghitung pengeluaran yang dikenakan seperti harga benang, bahan kain, listrik, serta upah jahit.

Menurut YM, tetangga Ibu Iyek yang hampir setiap hari melihat langsung kegiatan usaha penjahit Iyek, usaha ini memiliki cerita tersendiri. Dari pagi hingga sore, suara mesin jahit selalu terdengar dari dalam rumah sederhana itu.

“Kalau lagi mampir ke rumah Ibu Iyek, saya sering melihat beliau sibuk mengerjakan jahitannya” ujar YM. Sebelum pergi bekerja di pagi hari, Ia sering melihat bagaimana pelanggan datang silih berganti, ada yang membawa kain baru, ada pula yang meminta pakaian diperbaiki. “Biasannya kalau mau menjahit baju, saya selalu ke tempat Iyek”. Tambah YM

Meski terlihat sederhana, menurut YM, usaha ini dikerjakan dengan penuh kesabaran dan ketelitian.
Saat mendatangi usaha ini, saya juga bertemu dengan salah satu pelanggan Ibu Iyek, yaitu NF. Ia datang untuk membawa baju yang ingin diperbaiki ke tempat Ibu Iyek.

Menurut NF, yang sudah berlangganan dengan Penjahit Iyek dari dulu, jahitan yang dihasilkan Ibu Iyek rapi dan memuaskan. NF juga mengungkapkan bahwa harga yang ditawarkan Ibu Iyek bersahabat. Hasil jahitan yang dikerjakan setiap detail, mulai dari ukuran, potongan, serta kerapian jahitan selalu diperhatikan dengan baik.

(Ket photo: merekKeberlangsungan kegiatan UMKM Penjahit Iyek ( sumber dokumentasi : Kaila Fridena)

“Kalau ada baju yang perlu dijahit atau diperbaiki, saya biasannya selalu datang ke sini” ujar NF.

Dalam mengelola UMKM ini, tentu saja Ibu Iyek juga memiliki tantangan dalam mengelola keuangan usahahanya. Salah satunya yaitu tidak adanya dana darurat atau cadangan usaha. Dana darurat ini digunakan untuk hal hal mendesak seperti mesin jahit yang tiba tiba rusak, menutup biaya operasional sementara ketika pemasukan sedang sepi, dan lain lain.

Karena tidak adanya dana darurat ini, Ibu Iyek terpaksa menggunakan dana pribadinya untuk memperbaiki atau membayar hal hal mendesak lain dalam kegiatan usaha. Karna sudah tua, Ibu Iyek memilih untuk menjalankan usaha kecil kecilan di rumah dibanding membuka toko atau memperbesar usaha.

Bagi Ibu Iyek, menjahit bukan hanya pekerjaan, tetapi juga bagian dari kehidupannya sehari-hari. Dari cara Ibu Iyek mengatur keuangannya, kita belajar bahwa keteraturan bukan hanya dari catatan, tetapi juga dari rasa kebijaksanaan dan pengalaman dalam mengurus setiap pemasukan dan pengeluaran.

Tinggalkan Balasan