Kamis, Oktober 9

Minangkabau Ekspres: Pilar Mobilitas dan Magnet Pariwisata

(Ket photo: Minangkabau Ekspres: Pilar Mobilitas dan Magnet Pariwisata)

IWOSUMBAR.COM, PADANG- Transportasi menjadi fondasi penting dalam pengembangan pariwisata. Di Sumatera Barat, kehadiran moda rel seperti KA Minangkabau Ekspres telah memainkan peran strategis dalam meningkatkan aksesibilitas dan kenyamanan perjalanan wisatawan, sekaligus mendorong lonjakan kunjungan ke daerah.

Kepala Humas KAI Divre II Sumatera Barat mengatakan bahwa Kereta Api Minangkabau Ekspres merupakan salah satu layanan kereta bandara yang berfungsi menghubungkan antarwilayah di Provinsi Sumatera Barat. Layanan ini menghubungkan Bandara Internasional Minangkabau (BIM) yang berlokasi di Kabupaten Padang Pariaman dengan sejumlah stasiun di Kota Padang, seperti Stasiun Padang, Stasiun Pulau Air dan stasiun lain di sekitarnya.

“Sebelum keberadaan layanan ini hadir, wisatawan yang tiba melalui udara harus menggunakan moda lanjutan seperti taksi, travel, atau transportasi darat lain, yang menambah biaya dan waktu perjalanan terutama bagi wisatawan yang memiliki waktu yang singkat di Provinsi Sumatera Barat” ujar Reza.

Kini, melalui KA Minangkabau Ekspres wisatawan dapat menempuh perjalanan dari bandara menuju pusat kota hanya dalam waktu sekitar 40 menit dengan tarif yang terjangkau. Layanan ini efektif mengurangi hambatan awal perjalanan (first mile) dan akhir perjalanan (last mile) tanpa perlu berganti kendaraan sehingga perjalanan jadi lebih efisien, serta menjadi alternatif modern bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

“Peran KA Minangkabau Ekspres sebagai moda transportasi penghubung antara Bandara Internasional Minangkabau (BIM) dan pusat Kota Padang turut memberikan kontribusi terhadap peningkatan mobilitas wisatawan di Sumatera Barat. Akses transportasi yang cepat, nyaman, dan terintegrasi ini menjadikan perjalanan wisatawan, baik dari maupun menuju bandara, semakin efisien dan menarik” ungkap Reza.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pariwisata Sumatera Barat, tercatat adanya peningkatan signifikan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara (wisnus) ke Sumatera Barat, terutama melalui pintu masuk Bandara Internasional Minangkabau.

Pada periode Januari hingga Agustus 2025, jumlah kunjungan wisman yang masuk melalui BIM mencapai 59.043 orang. Secara keseluruhan, total kunjungan wisatawan (domestik maupun internasional) selama periode tersebut telah menembus lebih dari 13 juta orang, menunjukkan lonjakan yang cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya.

Peningkatan ini menunjukkan bahwa ketersediaan layanan transportasi publik modern seperti KA Minangkabau Ekspres berperan penting dalam memperkuat konektivitas dan mendukung pertumbuhan sektor pariwisata di Sumatera Barat.

Reza mengatakan, dari sisi operasional, KAI Divre II Sumatera Barat juga mencatat peningkatan jumlah pengguna layanan kereta api. Sepanjang periode Januari- September tahun 2025, jumlah penumpang seluruh layanan KA mencapai 1,5 juta penumpang, naik sekitar 11 % dibanding tahun 2024.

Angka ini menjadi bukti penerimaan positif masyarakat terhadap moda rel bandara, sekaligus memperlihatkan kontribusi nyata terhadap arus wisatawan yang masuk ke Sumatera Barat.

Secara mekanisme, kontribusi moda transportasi Kereta Api terhadap sektor pariwisata di wilayah operasional Divre II Sumatera Barat dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya :

1. Mengurangi hambatan waktu dan biaya
– Dengan menggunakan KA Minangkabau Ekspres, wisatawan tak perlu berganti moda transportasi darat dengan rute memutar atau menghadapi kemacetan lalu lintas menuju kota. Hal ini secara langsung mengurangi “friksi” perjalanan dan menjadikan Sumbar lebih menarik sebagai destinasi dari segi kemudahan mobilitas.

2. Peningkatan kenyamanan dan persepsi modernitas- Moda rel sering diasosiasikan dengan kenyamanan, ketepatan waktu, dan keandalan. Keberadaan KA Minangkabau Ekspres meningkatkan citra Sumatera Barat sebagai daerah yang ramah akses transportasi yang merupakan faktor penting dalam keputusan wisatawan, terutama wisatawan asing.

3. Distribusi wisata ke destinasi sekitar rel- Akses dari stasiun menuju kawasan wisata dipermudah dengan transportasi antarmoda. Sebagai contoh, wisatawan dari BIM dapat langsung menuju lokasi wisata religi (Masjid Syech Ahmad Khatib Al-Minangkabawi) yang menjadi salah satu icon Provinsi Sumatera Barat dengan KA Minangkabau Ekspres dan melanjutkan perjalanannya menggunakan transportasi online begitupun dari BIM menuju wisata Kota Tua di stasiun Pulau Aie dan lain sebagainya.

4. Efek stimulus ekonomi lokal- Peningkatan jumlah wisatawan akan membawa dampak ekonomi lokal: peningkatan okupansi hotel, konsumsi kuliner lokal, aktivitas UMKM di sekitar stasiun dan destinasi. Moda rel bandara mendukung distribusi wisatawan yang lebih merata, tidak hanya ke pusat kota, tetapi juga ke daerah-daerah sekitar rel.

Reza menambahkan, sebagai salah satu tulang punggung transportasi modern di Sumatera Barat, KA Minangkabau Ekspres memiliki peran strategis dalam mendukung pertumbuhan sektor pariwisata di wilayah ini.

Untuk menjaga dan memperkuat momentum tersebut, KAI Divre II Sumatera Barat berkomitmen untuk terus melakukan peningkatan dan pengembangan layanan agar semakin adaptif terhadap kebutuhan masyarakat dan wisatawan.

Upaya pengembangan tersebut meliputi:
• Frekuensi dan kapasitas: Walaupun KA Minangkabau Ekspres memiliki jadwal reguler (jumlah perjalanan harian, kapasitas rangkaian), perlu evaluasi terus -menerus terhadap jadwal keberangkatan Minangkabau Ekspres agar mencakup jam-jam penting, terutama saat musim wisata.

• Integrasi moda multimoda: Menyambungkan layanan Minangkabau Ekspres dengan transportasi lokal (bus kota, angkutan wisata) akan memperlancar perjalanan wisatawan.

• Promosi Bersama: Mengembangkan paket wisata yang mencantumkan transportasi kereta bandara sebagai nilai tambah misalnya “tiket KA Minangkabau Ekspres + edutrain/wisata lokal”.

• Penguatan infrastruktur penunjang: Peningkatan fasilitas stasiun (informasi wisata, ruang tunggu nyaman dll), serta penunjuk arah (signage) harus ditingkatkan agar transisi antar moda menjadi mulus.

• Monitoring dan evaluasi Dampak: Perlu penelitian empiris (survei wisatawan) untuk mengukur seberapa besar kontribusi KA Minangkabau Ekspres terhadap keputusan memilih Sumbar sebagai destinasi, serta pola perjalanan wisatawan setelah turun dari KA Minangkabau Ekspres.

Dengan kemudahan akses dari bandara ke kota, peningkatan kenyamanan, dan penerimaan publik yang semakin besar, KA Minangkabau Ekspres memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan kunjungan wisatawan.

“Untuk menjadikan rel bandara sebagai pemicu utama pariwisata berkelanjutan,sinergi antar-pemangku kepentingan Dinas Pariwisata, KAI, pemerintah daerah, operator wisata sangat penting. Dengan perencanaan yang tepat, Sumatera Barat dapat makin menonjol sebagai destinasi wisata unggulan di Indonesia,” tutup Reza.

Tinggalkan Balasan