
IWOSUMBAR.COM, PADANG -Senyum merekah itu menyambut kami. Tangannya bergerak lincah, wajahnya mengekspresikan satu kata: “Anggia.” Gerakan itu diterjemahkan oleh Juru Bahasa Isyarat (JBI) yang mendampinginya, Kamis (14/8/2025), saat Humas Universitas Negeri Padang (UNP) mewawancarainya secara langsung.
Anggia Dwipa Mandiri adalah satu dari tujuh mahasiswa baru penyandang disabilitas di UNP tahun 2025, dan termasuk lima mahasiswa baru tuli yang mengikuti Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKMB). Ia resmi menjadi bagian Fakultas Bahasa dan Seni (FBS), Jurusan Seni Rupa, Pendidikan Seni Rupa, setelah lolos melalui jalur Seleksi Nasional Berbasis Tes (SNBT).
Keputusan Anggia memilih UNP berawal dari cerita teman -temannya sesama penyandang disabilitas yang lebih dulu berkuliah di kampus tersebut. Mereka menggambarkan UNP sebagai kampus dengan layanan ramah disabilitas.
“Selain fasilitas yang mendukung, jarak dari rumah juga dekat. Kalau jauh, mama ragu. Jadi UNP pilihan yang pas,” ujarnya melalui bantuan JBI. Anggia tinggal di kawasan Simpang Tinju, Siteba, Padang.
Perjalanan menuju kursi kuliah tidak selalu mudah. Saat mengikuti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK), Anggia harus mengerjakan tes seorang diri tanpa pendamping, sesuai aturan.
Namun, itu tidak menyurutkan semangatnya. Kini, ia memulai lembaran baru perkuliahan dengan dukungan fasilitas JBI yang disediakan selama PKKMB. “Fasilitas ini sangat membantu, dan baru pertama kali saya merasakannya,” ungkapnya.
Lingkungan FBS yang inklusif membuatnya semakin percaya diri. Ia menemukan teman-teman baru sesama penyandang tuli, baik dari angkatannya maupun angkatan sebelumnya. Meski memiliki keterbatasan pendengaran, Anggia tetap mandiri. Ia berkomunikasi lewat pesan singkat, memanfaatkan teknologi, dan bahasa isyarat untuk mengikuti perkuliahan.
“Semangat kuliah,” katanya sambil tersenyum, memancarkan tekad untuk menyelesaikan pendidikan hingga wisuda empat tahun mendatang.
Bagi Anggia, keterbatasan bukanlah batas mimpi. Dengan dukungan keluarga, teman, dan fasilitas ramah disabilitas di UNP, ia melangkah mantap, menjadi bukti bahwa pendidikan tinggi adalah hak semua orang tanpa kecuali.