
IWOSUMBAR.COM, PADANG BATU BATIKAM, sebuah artefak bersejarah yang menjadi cagar budaya, terletak di tepi jalan Jorong Dusun Tuo, Nagari Lima Kaum, sekitar 10 menit dari Kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat.
Dalam Bahasa Indonesia, Batu Batikam secara harfiah berarti batu yang tertusuk. Lubang yang terdapat di Batu Batikam diyakini sebagai bekas tikaman atau tusukan keris Datuak Parpatiah Nan Sabatang pada saat bersengketa dimasa lampau.
Prasasti Batu Batikam menjadi bukti penting keberadaan Kerajaan Minangkabau pada zaman Neolitikum (batu).
Situs ini memiliki luas sekitar 1.800 meter persegi dan dulunya digunakan sebagai tempat musyawarah bagi kepala suku atau adat. Batu ini memiliki ukuran 55x20x40 cm dan berbentuk hampir segitiga.
Menurut catatan sejarah, Datuak Parpatiah Nan Sabatang dan Datuak Katumanggungan merupakan saudara dengan latar belakang kelahiran yang berbeda.
Datuak Parpatiah Nan Sabatang lahir dari keluarga aristokrat, sementara Datuak Katumanggungan dari keluarga raja. Namun, keduanya memiliki ibu yang sama, Puti Indo Jalito (Bundo Kanduang).
Datuak Parpatiah Nan Sabatang menganjurkan tatanan masyarakat yang demokratis dengan moto “duduk sama rendah, berdiri sama tinggi” (sederajat dan seimbang)
Sedangkan Datuak Katumanggungan lebih cenderung kepada hierarki dengan moto “berjenjang sama naik, bertangga sama turun” (sesuai urutan dan aturan)
Perbedaan pandangan ini memicu pertengkaran hebat di antara keduanya. Untuk menghindari konflik dan kerugian, Datuak Parpatiah dan Datuak Katumanggungan akhirnya menikam sebuah batu dengan kerisnya yang bernama BALEMPO sebagai bentuk pelampiasan emosi.
Sejak itu, Batu Batikam menjadi simbol perdamaian antara pemimpin yang berkuasa, dengan sebuah lubang yang menembus dari sisi depan dan belakang batu tersebut. (**)
