Senin, September 22

Sumbar Memiliki Peran Penting Sejarah Jalur Rempah di Nusantara

IWOSUMBAR.COM, PADANG – Jalur Rempah sebagai Warisan Budaya ini bertujuan untuk membangun ekosistem budaya rempah dari hulu hingga hilir. Sehingga Perdagangan rempah menjadi wahana interaksi antar berbagai suku dan etnik di Indonesia termasuk Sumatera Barat.

Demikian sebut Gubernur Mahyeldi Ansharullah dalam acara Festival dan Muhibah Jalur Rempah di Hotel Truntum Padang, Minggu (24/10/2021).

“Daerah kita memiliki peran penting dalam sejarah Jalur Rempah di Nusantara. Pada era keemasan rempah, Sumbar merupakan daerah penghasil rempah; seperti lada, kulit manis, cengkeh, gambir dan lainnya,” ucapnya.

Kegiatan Muhibah Budaya sangat membantu Pemerintah Provinsi Sumbar, Gubernur pun memberikan dukungan penuh kepada lima orang anak muda yang terpilih untuk bergabung dan berlayar dalam kegiatan Muhibah Budaya dan Festival Jalur Rempah 2021 bersama peserta lainnya dari seluruh Indonesia.

“Kita berharap para pemuda utusan kita memahami sejarah terutama tentang tokoh-tokoh pemersatu bangsa dari Ranah Minang,” kata Mahyeldi.

Rempah tidak hanya mengubah sejarah Indonesia, tetapi juga mengubah sejarah dunia. Rempah telah mendorong orang Eropa keluar dari benua mereka dan melakukan ekspansi politik, eksploitasi ekonomi, dan penetrasi budaya ke dunia timur khususnya dan ke seantero dunia pada umumnya.

“Jalur itu adalah jalur rempah, dan jalur rempah itu identik dengan Indonesia,” ungkapnya.

Gubernur Sumbar menjelaskan, seiring dengan digadang-gadangnya konsep jalur sutera baru (new silk route) oleh China, pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbudristek RI) memperkenalkan konsep jalur rempah (spice route).

Berbeda dengan konsep jalur sutera baru yang telah diterima oleh komunitas internasional, konsep jalur rempah nampaknya masih dalam proses pengakuan masyarakat dunia.

“Dengan telah terpilih lima putra-putri terbaik dari Sumbar, bisa memberikan pemahaman sejarah untuk dijadikan sebagai pembakar semangat nasionalisme generasi muda lainnya,” tuturnya.

Namun karena pandemi yang masih melanda Indonesia, maka pelayaran yang direncanakan pada tahun ini menggunakan Kapal Republik Indonesia (KRI) Dewaruci terpaksa diundur pelaksanaannya, diharapkan di tahun depan bisa terlaksana.

Selain itu, Mahyeldi mengatakan, Jalur Rempah telah menciptakan simpul – simpul ke-Indonesian antar wilayah di Nusantara dan menempatkan Indonesia sebagai wilayah strategis dalam perdagangan dunia. Seperti rempah-rempah dari Maluku yang diperdagangkan di Jawa dan Sumatera, membuat Kerajaan Sriwijaya hingga Banten menjadi pusat perdagangan.

Pundi-pundi kekayaan dari rempah inilah yang membuat bangsa Eropa, termasuk Portugal, Spanyol dan Belanda masuk ke Nusantara dan memulai era kolonialisasi.

Direktur Pengembangan Pemanfaatan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Dr. Restu Gunawan, M. Hum menyampaikan, Jalur Rempah pernah mengharumkan Nusantara dan menjadi pemain penting serta pemasok utama dalam perdagangan dunia.

“Sumbar memiliki daerah yang kaya dengan rempah-rempah, sehingga menjadi komoditas utama yang mampu mempengaruhi kondisi politik, ekonomi, maupun sosial budaya dalam skala global,” ucap Restu.

Ketersambungan budaya dalam lintas daerah di Indonesia, lanjut Restu, menjadi suatu esensi dari program Muhibah Budaya Jalur Rempat atas keberagaman pendukung budaya. Keberagaman budaya ini dipersatukan melalui kehangatan rempah-rempah untuk mengembangkan dan memperkuat ketahanan budaya dan diplomasi budaya, memaksimalkan pemanfaatan cagar budaya dan warisan budaya takbenda.

“Jalur Rempah terbentuk dari lalu lintas yang padat dari Asia Timur, Timur Tengah, Eropa, dan sebaliknya. Jalur globalisasi Nusantara ini menjelma sebagai ruang silaturahmi antarmanusia lintas bangsa sekaligus sarana pertukaran dan pemahaman antarbudaya. Melampaui konteks ruang dan waktu, dipertemukan oleh laut, samudera, dan sungai,” ujar Restu.

Pihaknya terus mendorong program prioritas Jalur Rempah tersebut sebagai upaya pengembangan dan pemanfaatan kebudayaan.

“Saat ini Indonesia mengusulkan Jalur Rempah sebagai Jalur Budaya Warisan Dunia. Apalagi, UNESCO saat ini hanya mengakui Jalur Sutera dan Qhapaq Nan sebagai warisan dunia,” harapnya.

Restu menjelaskan, Festival Jalur Rempah digelar sebagai penanda pelayaran untuk mengangkat kekayaan alam dan budaya masing-masing titik singgah yang dirajut dari elemen budaya berupa seni, kriya, kuliner, ramuan, wastra, dan kesejarahan.

Di mana pada masing-masing pelabuhan akan ditampilkan rempah khas daerah dan cerita perjalanannya sebagai salah satu bahan perdagangan dunia yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas.

Acara Festival dan Muhibah Jalur Rempah tersebut bertema “Bumi Rempah Nusantara Untuk Dunia” juga dihadiri oleh Kepala Dinas Kebudayaan Gemala Ranti, Kepala Balai Kelestarian Nilai Budaya, Unri, Kepala Balai Kelestarian Cagar Budaya Sumbar, Teguh Hidayat, Kepala BPNB, Kepala BPCB dan peserta seminar Jalur Rempah. (nov)